Selamat datang di Kawasan Penyair Jakarta. Terima kasih atas kunjungan Anda

Kamis, 11 Oktober 2007

Slamet Rahardjo Rais


Lahir di Malang, Jawa Timur, tahun 1941. Karya-karyanya banyak dipublikasikan di berbagai media massa baik di Jakarta maupun daerah. Membacakan puisi-puisinya di berbagai tempat berkesenian di Jakarta dan sekitarnya.Ia menggerakkan Badan Kerjasama Komunitas Sastra Masyarakat Sastra Jakarta (BKSKS MSJ). Pada 1980-an adalah motor pendirian dan kepengurusan Studi Sastra Kuningan Jakarta dan Bengkel Sastra Ibukata. Kumpulan puisi tunggalnya Kereta Pertama Suara Pelabuhan (1980), Sebuah Khotbah Kecil (1980), Puisi Langit (1996), Kematian Belum Sampai (2002). Dan antologi bersama Trotoar (1986), Resonansi Indonesia (2000), Nyanyian Integrasi (2000), Malam Bulan (2002), Nuansa Tatawarna Batin (2002). Tahun 2002-2006 sebagai Ketua Umum “ Masyarakat Sastra Jakarta” bersekretariat di Pusat Dokumentasi Sastra HB JASSIN- Jalan Cikini Raya 73 (TIM), Jakarta. Tahun 1996 -2002 pernah di kepengurusan “Komunitas Sastra Indonesia” sebagai Koordinator Bidang Pendidikan dan Latihan kemudian sebagai Wakil Ketua KSI. Kini aktif bergerak di bidang sastra, melalui kegiatan penjurian lomba sastra maupun pelatihan-pelatihan atau ceramah sastra di sekolah-sekolah maupun di Balai Latihan Kesenian yang ada di Jakarta. Salah satu puisinya :

Kontemplasi Laut Tamasya Suara

sebab yang berhamburan adalah ombak
demi laut kemegahan seribu
kekacauan yang menyeluruh
mainan kerikil dalam rimbun kepala
saling berpelukan dan tatap muka
tamasya suara menjelaskan laut terbuka
memiliki ombak bersinggahan di tangan
tak ada tentang catatan sayatan
tetapi menangkapnya
pasir laut beserta bibirnya yang terbuka
seperangkat bentuk persetubuhan
soalnya adalah mainan laut
bayang memutih yang berloncatan
ujung suaranya lekat menyentuh kaki
rembulan dalam hujan kesempunaan
menjadi seikat suara yang bersajak
sebenarnya tulisan yang dibacakan
mengikuti matajiwa yang berterbangan
sebagaimana ruh semesta menggantungkan
lukisan atas cairan ombak dalam cahaya
kesadaran bercinta tanpa perselingkuhan
dzikir dan takbir miliki meraih desah
seluruh debur mainan ombak dirajudkan
tak sebatas rajutan tubuh pantai dan laut
maka sebuah pengakuan yang tulus
tak seharusnya dituliskan dalam abjad
kecuali atas pintu-pintu senantiasa terbuka
cinta yang telah bertaut menjadi sempurna

Anyer, 07.2004

Tidak ada komentar: