Selamat datang di Kawasan Penyair Jakarta. Terima kasih atas kunjungan Anda

Kamis, 11 Oktober 2007

Nur Azizah


Lahir di Jakarta, 8 September 1982. Nama pena Azizah Zain Al Hasani. Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora Jurusan Bahasa dan Sastra Arab UIN Syarif. Sering mengikuti seminar sastra seperti Acara Temu Sastra di TIM,Lounching dan bedah buku kumpulan cerpen Ahmadun Yose Herfanda dan Irwan Kelana. Pernah juara lomba Tahfidzul Al Quran judul Alia, lomba penulisan buku Indahnya Poligami Hidayatul, Jakarta. Karyanya dipublikasikan Mengapa Harus Bahasa Arab Yang Menjadi Bahasa Al Quran (2004), Signifikan Bahasa Arab
Di Era Modern (2004), Al Quran Dalam Kaca Mata Sastra (2004), Sastra Amis (2004), Sastra dan Seks (2005). Sekarang sedang merampungkan dua novel remaja.
Salah satu puisinya :

Indonesiakukah

Belum lagi selesai para perempuan mengantri minyak tanah
yang harganya melambung menusuk lambung.
Belum juga kelar laparnya bocah-bocah, menganga, tak paham apa yang hendak dilumat
Monyet-monyet BURT mindik-mindik ke rumah Firaun
Mencari pisang-pisang baru sisa tentara yang kelelahan membalsemi mumi.
Belum lagi impas nyawa tsunami
Beliung, memuntahkan darah-darah. Lagi.
Yakohimo menurut
Disambut banjir-banjir yang tak surut-surut.
Oh, masihkah aku, kalian, punya malu menjadi orang Indonesia
Gadis-gadis dilelangkan
Bocah-bocah diperjualbelikan
Para bunda membantai nyawa, senang
Para lelaki.... asyik duduk-duduk, menyeruput rokok kemenangan.

Oh, inikah indonesiaku
Di mana nyawa tak lebih mahal ketimbang ikan asin
Di mana hutang siapa diembankan kepada siapa
Di mana mata hanya melihat sendiri tak ditemani hati
Di mana aku, dilahirkan, dibesarkan, dan muntah berkali-kali.

Oh.....

Desember 27 2005

1 komentar:

Bisnis Investasi mengatakan...


Ketika Aziz Azizah Galau

Aku hanya punya satu hati
dan itu hanya untukmu.
Aku hanya punya satu cinta
dan itu hanya untukmu.
Aku hanya punya satu kehidupan
dan itupun hanya untukmu pula..
Ketika Aziz Azizah Galau
Waktu yang terus berputar tak kan mampu menghapusnya,
hingga takdir sekalipun tak kan bisa merubahnya.
Karena setiap asa yang kurasa,
telah ku ukir di atas langit,
dan ku tanam di dalam bumi.
Agar kau tau
bahwa cinta ini abadi selamanya.