Selamat datang di Kawasan Penyair Jakarta. Terima kasih atas kunjungan Anda

Kamis, 11 Oktober 2007

Muhammad Saribi AFN


Lahir di Desa Ngawonggo, Klaten, Jawa Tengah, 15 Desember 1936. Menulis Sajak pertama di majalah Kisah (1955), lalu di majalah Budaya (Yogyakarta); Siasat; Mimbar Indonesia, Panji Masyarakat, dan lain-lain. Di dunia penerbitan pernah menjadi Redaktur Penerbitan Pembangunan ; Manifestasi (Lembar Sastra Harian Abadi); majalah Konfrontasi, Gema Islam, Panji Masyarakat. Sajaknya “Hari ini adalah Hari Yang Penuh Rahmat dan Ampunan “ meraih hadiah pertama majalah Sastra (1962). Sajak-sajaknya terkumpul dalam Gema Lembah Cahaya (1963); dalam antologi Manifestasi (editor;1963; bersama Taufik Imail, Hartoyo Andangjaya, Gunawan Muhamad dan lain-lain); Angkatan 66; Prosa dan Puisi (1968). H.B Yasin, ed); Tonggak 2 (1987. Linus Suryadi, ed) The Development of Indoneian Modern Poetry (1967. Burton Raffel); Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air (1995.Oyon Sofyan, ed); Horison Sastra Indonesia I (2002, Taufik Ismail, ed).Kumpulan sajak-sajak untuk anak-anak dalam Menatap Alam (1998); kumpulan sajak-sajaknya menunggu penerbitan Bulan Putih dan Gagak. Salah satu puisinya :

Dua Ekor Kupu-kupu

Aku sedang mencangkul di kebun
tatkala Itu Danu datang
Engkau sedang panen apa ?
Kujawab,
Danu, singkong dan buah pisang
semalam dirampas orang
Ia mendekat dengan wajah ragu
bagai langit pagi itu
ditutup awan kelabu
Pucat dan muram
Engkau lama sembunyikan muka
Ia menggeleng.
Tidak ! Aku selalu diburu kerja
kereta suka terlambat tiba.
Dua ekor kupu-kupu dena
melayang kearah utara
dan angin menghempaskannya
Katanya,
Kriminalitas tambah mengganas
di tempat-tempat paling sibuk
di pusat Kota Jakarta
Aku menatapnya
Ia bungkam sementara
dan menyulut rokoknya
Katanya,
Perampok rela membunuh
cuma perkara seribu perak
dan seorang anak sekolah dasar
dari atap kereta dilempar
cuma ingin mermpas dua ribu perak
Bukan itu saja,
Perkosaan anak-anak belita
bagai penyakit demam berdarah menjalar
di kota dan di desa
mungkin juga, akhlak mereka telah dicincang
sabu-sabu, ganja dan miras
Dan berjenis adegan porno di video
dan berjenis adegan ranjang di televisi
Ia bungkam sementara
matanya berkedip-kedip bagai
lilin diembus angin
Aku berkata,
Kriminalitas napas derita
sementara rakyat hidup sengsara
dihimpit diperas beratus-ratus bea
sengsara ada di mana -mana
di kota di desa
mencengkram rakyat kita.
Pengangguran terus berguguran
bagai daun-daun runtuh
ke bumi
Dua ekor kupu-kupu dena
terbang ke utara
dan angin kencang menghempaskannya
laksana rakyat dihempas badai derita.

11 Oktober 2003

Tidak ada komentar: